TIMIKA, Penapapua.com
Ribuan Umat Katolik di Mimika mengikuti perayaan Kamis Putih di Gereja Katedral Tiga Raja pada pukul 18.00 WIT. Misa dipimpin langsung oleh Uskup terpilih Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA.
Perayaan Kamis Putih mengenang malam perjamuan terakhir, di mana Yesus mewariskan ekaristi. Perayaan ditandai juga dengan pembasuhan kaki oleh Yesus terhadap murid-muridnya sebagai simbol semangat kasih dan pelayanan.
Uskup terpilih Mgr. Bernadus Baru, dalam homilinya mengatakan bahwa, perjamuan bukan sekedar makan bersama, bukan soal makanan jasmani untuk kebutuhan biologi karena lapar, akan tetapi perjamuan itu adalah komunium, persekutuan, unitas, kesatuan tubuh Kristus menyatukan semua dalam satu kesatuan tubuh mistiknya.
“Saya kira apapun bentuk perjamuan, mestinya ada makna perjamuan kasih, perjamuan yang mengikat persaudaraan satu sama lain, komunio dan persekutuan,”tutur Bernadus.
Menurutnya, tradisi makan bersama bukan hal baru bagi orang Papua khususnya ketika makan Papeda. Semua orang duduk melingkar dan makan dari satu tempat yang sama, begitupun bakar batu. Itu adalah simbol kesatuan, kebersamaan, pembagian suka dan duka satu sama lain, partisipasi dalam satu kesatuan, solidaritas satu sama lain.

“Maka kita patut merenungkan bahwa kita jangan cenderung makan sendiri-sendiri, jangan cenderung yang dituju hanyalah makanan jasmani saja, tapi melalui itu kita terus diingatkan dan diperbaharui semangat kita bahwa makanan adalah makna sosiologis, makna spiritual, bersatu dengan satu sama lain tapi juga menguatkan kita untuk bersatu dengan Kristus, tubuh mistik yang menyelamatkan kita,”ujarnya.
Yesus mengajarkan kepada kita hal-hal baru bahwa dalam perjamuan ini, Yesus melakukan suatu tindakan pengajaran kepada para Rasul yaitu menyuci kaki para rasul. Tindakan simbolis Yesus berlutut dan membasuh kaki para murid adalah ungkapan akan prinsip Allah menjadi manusia, pengosongan diri Allah yang kaya dalam segala hal, meninggalkan kekayaannya atau segala macam kehebatanNYA menjadi miskin, menjadi tidak berdaya, menjadi lemah agar kita menjadi kaya dan kita diselamatkan.
“Manusia itu disempurnakan oleh Allah yang meninggalkan semuanya, mengosongkan dirinya dan menjadi sama dengan kita bahkan menjadi dihina. Itulah tindakan makna yang pertama,”tuturnya.

Makna kedua, bahwa cinta kasih Allah itu total, cinta kasih Allah itu utuh, cinta kasih Allah itu tanpa tendensi, tanpa pretensi, tanpa sebab akibat. Tujuannya hanya satu mencintai setotal-totalnya agar kita menjadi bahagia. Itulah cinta Tuhan tanpa pamrih memberikan seluruhnya, melayani dengan ketulusan hati, kemurnian dan totalitas.
Makna yang ketiga bahwa Yesus ketika berjumpa dengan Petrus kemudian terjadi dialog dan dialog itu Petrus mewakili kita mengungkapkan tentang ketidakmurnian dan ketidaktulusan kita berhadapan dengan Tuhan. Kita seringkali menyembunyikan kedosaan, kejahatan dalam pikiran.
Namun, Yesus selalu membersihkan kita dengan air, membersihkan kita dengan darahnya lewat ekaristi, membersihkan kita dengan sabdanya, membersihkan kita dengan doa-doa yang dipanjatkan Tuhan kepada kita tentang do’a bapa kami.
“Itulah cara Yesus membersihkan dan kita datang untuk dibersihkan melalui sakramen pengakuan tobat. Pengakuan tobat adalah jalan untuk pembersihan diri agar kita selalu memiliki hati yang tulus dan murni, sehingga kita berani berkorban dan tulus melayani kepada orang lain,”ucapnya.
Namun situasi saat ini banyak persoalan yang kontradiktif bahwa kita melayani pasti bertanya dulu tentang uang, bertanya dulu apakah saya digaji berapa ? saya diberi uang berapa banyak ? Saya dapat apa dan itu selalu ada dalam pikiran kita.
“Kita perlu belajar untuk menjadi militan, belajar untuk meninggalkan egoisme dan kepentingan yang kita miliki, kita sungguh melayani satu dan lain dengan ketulusan dan kejujuran hati. Kita berdoa semoga tuhan melalui perayaan-perayaan paskah tahun ini kita boleh berubah,”ungkapnya.
Ia menambahkan, percuma cantik, ganteng dan lainnya namun hati busuk, pikiran busuk tetap saja sama tidak ada bedanya.
“Jadi, sebaiknya kita dari hari ke hari harus berubah, harus menyerupai Yesus agar kita sungguh-sungguh menjadi Kristus yang sungguh-sungguh mengabdikan diri seutuhnya demi kemajuan gereja, kemajuan masyarakat, dan kemajuan kita bersama,”pungkasnya. (Redaksi)