Anggota DPRK Soroti Kekosongan Obat Malaria, Kadinkes: Dipastikan Kembali Tersedia Awal Juli 2025

  • Bagikan
IMG 20250619 WA0194 scaled

TIMIKA, Penapapua.com

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Mimika dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Rampeani Racman, menyoroti terkait kekosongan stok obat malaria (Obat Biru) di Kabupaten Mimika.

Rampeani mengungkapkan bahwa, saat ini wilayah Nabire dan Timika menjadi daerah dengan angka kasus malaria tertinggi, terutama dalam periode musim hujan mulai dari bulan Juni hingga Agustus.

IMG 20250619 WA0148

Berdasarkan laporan yang diterimanya, banyak Puskesmas di Kabupaten Mimika mengalami kekosongan obat malaria. Hal ini menyebabkan banyak keluhan dari masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses pengobatan.

“Kekosongan obat malaria ini seharusnya menjadi perhatian serius dari Dinas Kesehatan. Setiap tahun kita selalu menghadapi masalah ini, namun tampaknya belum ada langkah konkret yang diambil untuk mencegahnya,” ujar Rampeani saat ditemui awak media pada, Kamis (19/6/2025).

Ia menegaskan bahwa, malaria adalah penyakit yang kerap mengintai masyarakat di Kabupaten Mimika dan menjadi penyebab utama kematian. Ia juga mengungkapkan keprihatinan tentang harga pengobatan yang tinggi di klinik swasta, dimana biaya perawatan bisa mencapai Rp600.000, jauh lebih mahal dibandingkan pengobatan yang seharusnya.

Lebih lanjut, Politisi PSI itu membagikan informasi mengenai cara pengobatan yang tidak efektif, yang dikeluhkan oleh pasien. Banyak warga yang tidak dapat mengonsumsi obat malaria yang dilarutkan dalam air karena rasa pahitnya.

“Kami tidak ingin mendengar lagi laporan tentang kekosongan obat malaria. Ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang harus segera ditangani,” tegasnya.

Sebagai anggota DPRK yang bermitra dengan Dinas Kesehatan, Rachman menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengawasan dan penyelesaian masalah ini dan berharap agar ke depannya, pihak berwenang dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan ketersediaan obat malaria, sehingga masyarakat tidak lagi menjadi korban dari kekosongan obat ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Reynold Ubra, memastikan ketersediaan kembali obat malaria (obat biru) pada awal Juli 2025.

Ia menjelaskan bahwa, pengiriman obat telah tiba di Nabire dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah sedang dalam proses pengiriman ke Timika.

“Jadi, mudah-mudahan di awal Juli sudah ada. Kami sudah membuat surat permintaan ke Dinkes Provinsi Papua Tengah agar dikirim dalam waktu dekat ke Timika,” pungkasnya. (Redaksi)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *