TIMIKA, Penapapua.com
Meski kasus African Swine Fever (ASF) di Mimika melandai atau menurun, namun masyarakat atau peternak diimbau untuk melakukan enam langkah pencegahan.
Kepala Karantina Papua Tengah, Ferdi, menjelaskan enam langkah ini pencegahan itu yaitu: Pertama, melaporkan babi yang sakit dan mati ke Dinas Peternakan atau karantina agar kemudian dibantu dalam mengevakuasi babi tersebut.
Kedua, jika sudah dilaporkan, tetapi petugas tidak datang, maka babi yang mati atau sakit langsung dikubur saja dengan minimal kedalaman 3 meter. Masyarakat juga tidak boleh membuang bangkai babi ke jalan maupun ke sungai.
Ketiga, lakukan Desinfeksi kandang. Peternak harus menyemprot kandang menggunakan cairan disinfektan.
Keempat, jangan keluar masuk kandang dari kandang sakit ke kandang sehat. Si peternak harus memastikan dirinya bersih dan tidak membawa virus sebelum pergi ke kandang babi yang lain.
Kelima, masyarakat tidak diperbolehkan mengirim babi atau produk babi ke luar daerah, atau mendatangkan babi dan produknya dari daerah luar.
Keenam, masyarakat wajib melaporkan ke karantina apabila melihat seseorang membawa babi atau produknya di bandara mapun di pelabuhan.
“Dengan langkah-langkah tersebut, kita dapat mengantisipasi agar penyakit ini tidak menyebar dan makin luas,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Karantina Hewan di Karantina Papua Tengah, drh. Ardhiana Nur Suryani mengatakan, kasus African Swine Fever (ASF) di Mimika sudah melandai.
Meskipun demikian, masih diperlukannya pengawasan termasuk menghindari kegiatan-kegiatan yang menimbulkan bertambahnya jumlah babi terkena virus ASF.
“Memang di Timika sendiri sudah melandai. Artinya, kematian tidak sesignifikan di bulan-bulan itu (Januari-Agustus). Sudah tidak banyak masyarakat atau peternak babi yang melapor terjadinya kematian pada ternaknya,” kata Nur Suryani, Sabtu (21/12/2024).
Sedangkan di Nabire, kata dia, saat ini sudah 1.400 ekor babi mati akibat virus ASF dari total populasi babi 18.000 ekor. Dimana dikhawatirkan, virus ini akan sama seperti di Timika yang menelan hampir semua populasi babi.
Diakuinya, untuk virus ASF ini sendiri belum ada obatnya, hanya bisa dicegah dengan menggunakan vaksin. Sementara vaksinnya di Indonesia belum ada. Jadi ibarat kata, tinggal menunggu waktu saja babi-babi di Timika ini habis.
“Di Timika sendiri telah melakukan lokcdown dengan melakukan disinfeksi di bandara dan pelabuhan. Babi dan produknya tidak boleh masuk dan keluar dari Timika. Sehingga Kabupaten Mimika nantinya benar-benar steril dan bisa untuk merepopulasi babi tanpa ASF,” pungkasnya. (Redaksi)