Warga Busiri Protes Tidak Dilibatkan dalam Pembangunan Sembilan Unit Rumah

banner 468x60

Warga di Jalan Busiri saat membentangkan spanduk, Sabtu (9/11/2024).


TIMIKA, Penapapua.com
Warga Jalan Busiri Kelurahan Inauga melakukan aksi protes dengan melakukan palang jalan dengan membentangkan spanduk bertuliskan “Pemerintah Kabupaten Mimika Tutup Mata, Kami Jadi Penonton Dihalaman Rumah Kami Sendiri” pada Sabtu (9/11/2024) sore.

banner 336x280

Hal itu dilakukan lantaran pihaknya tidak dilibatkan dalam proyek pembangunan sembilan rumah layak huni yang sudah selesai dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan.

Dimana perlu diketahui, adapun nilai kontrak pembangunan dua unit rumah di Jalan Busiri Jalur 4 Kelurahan Inauga Distrik Wania sebesar Rp.899.820.900 dengan pelaksana CV Mimika Damai. Waktu pelaksanaan selama 120 hari terhitung sejak 30 Juli 2024.

Rumah layak huni yang sudah dibangun di lokasi ini berjumlah 9 unit, diantaranya RT 1 ada 1 unit, RT 2 ada 3 unit, RT 3 ada 1 unit, kemudian RT 4 ada 2 unit dan RT 9 ada 2 unit.

Seorang pemuda bernama Pernus Tarasen mengatakan, semua rumah yang dikerjakan disini sudah jadi semua.

“Kami protes karena sangat disayangkan sekali orang Papua disini khususnya orang Kamoro yang ada disekitar sini tidak dilibatkan satu orang pun, malahan yang kerja itu orang-orang dari luar,” katanya.

Bahkan, kata dia, selama pekerjaan berlangsung tidak ada yang namanya tegur sapa dan ini juga sangat disayangkan, padahal kerja dihalaman rumah warga.

“Kami sangat menyayangkan sekali hal ini. Yang mana harusnya supervisi melihat tidak ada orang Kamoro satupun yang dilibatkan kerja,” ujarnya.

“Bagaimana orang Papua mau kerja, kegiatan di tempat kita sendiri orang lain yang kerja. Jadi kami minta pemerintah yang katanya adalah perpanjangan tangan dari Tuhan harus melihat hal ini,” jelasnya.

Hal serupa juga disampaikan Tokoh Perempuan Kamoro, Rika Akimuri.

Yang mana sebelumnya, dirinya sempat menyampaikan agar pada saat pengerjaan pembangunan rumah layak huni harus melibatkan warga sekitar khususnya orang Papua.

“Saya sudah pernah kasih tahu ke mereka agar libatkan kita punya anak-anak disini, biar mereka juga ada kerjaan. Tapi kenyataannya satu pun tidak dilibatkan, anak-anak kita hanya jadi penonton saja. Saya sangat kecewa sekali,” pungkasnya. (Redaksi)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *